Orang Yang Panjang Umurnya dan Baik Amalnya
Orang Yang Panjang Umurnya dan Baik Amalnya adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Kitab Al-Fawaid. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abdullah Taslim, M.A. pada Kamis, 16 Rajab 1446 H / 16 Januari 2025 M.
Kajian Islam Tentang Orang Yang Panjang Umurnya dan Baik Amalnya
مَا لَكُمْ لَا تَرْجُونَ لِلَّهِ وَقَارًا
“Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah?” (QS. Nuh[71]: 13)
Pembahasan ini dilanjutkan dengan keterangan yang disampaikan oleh Imam Ibnu Qayyim Rahimahullahu Ta’ala tentang perumpamaan seorang hamba dalam kehidupannya di dunia.
Ibnul Qayyim Rahimahullahu Ta’ala berkata:
“Seorang hamba itu sedang dalam perjalanan, yang bisa jadi membawanya kepada surga atau—na’ūdzu billāh—membawanya kepada neraka.”
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda dalam hadits riwayat Imam Muslim:
كُلُّ النَّاسِ يَغْدُو فَبَائِعٌ نَفْسَهُ فَمُعْتِقُهَا أَوْ مُوبِقُهَا
“Setiap manusia menjalani kehidupannya. Ada yang menjual dirinya (dengan amal saleh), lalu membebaskannya (dari siksa), dan ada yang justru mencelakakannya.” (HR. Muslim)
Inilah manusia, kata beliau: “Jika seorang hamba umurnya panjang dan amalnya baik, maka perjalanan panjangnya hanyalah akan semakin menambah kenikmatan dan kelezatan ketika ia sampai di tujuannya. Semakin panjang perjalanannya, semakin bertambah pula kenikmatan dan kelezatannya.”
Maka, seseorang akan mendapatkan kebahagiaan ketika ia sampai di akhir perjalanannya.
“Sesungguhnya, semakin panjang perjalanan menuju sesuatu yang ingin diraih, maka rasa rindunya akan semakin besar, dan kenikmatan yang dirasakannya ketika bertemu dengan apa yang dirindukannya akan semakin sempurna dan utama.”
Namun, sebaliknya, jika umurnya panjang tetapi amalnya buruk, maka panjangnya perjalanan itu hanya akan semakin menambah rasa sakit dan penderitaan baginya. Semakin menambah kesusahan dan siksaan bagi dirinya.
Kita renungkan di sini, perjalanan (safar) ini mau tidak mau akan kita jalani. Panjang dan pendeknya hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala yang mengetahui dan menentukan segala sesuatu.
Namun, jika perjalanan panjang itu diiringi dengan amal perbuatan yang baik, maka meskipun umur kita panjang—atau Allah Subhanahu wa Ta’ala memberi kita umur yang panjang—disertai dengan amal yang baik, perjalanan ini justru akan semakin menambah kenikmatan. Semakin menambah kelezatan yang kita rasakan ketika bertemu dengan apa yang kita rindukan dan dambakan.
Sebaliknya, jika ternyata umurnya panjang tetapi amalnya buruk, maka justru panjangnya perjalanan ini akan semakin menambah penderitaan dan siksaan bagi dirinya. Na’ūdzu billāh min dhālik. Bahkan, perjalanannya itu akan semakin menjatuhkannya, menurunkannya ke tingkatan yang rendah.
المُسَافِرُ إِمَّا صَاعِدٌ وَإِمَّا هَابِطٌ
“Seorang musafir (pengembara) hanya memiliki dua keadaan: bisa jadi dia semakin naik, atau justru semakin turun.”
Ini menjadi perhatian dan renungan bagi kita semua. Setiap orang yang sedang melakukan perjalanan hidup bisa saja naik derajatnya karena dalam perjalanannya ia melakukan kebaikan-kebaikan, atau justru turun kedudukannya karena amal buruknya.
Dalam sebuah hadits marfū’ (sampai kepada Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam), beliau bersabda:
خَيْرُكُمْ مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ، وَشَرُّكُمْ مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَسَاءَ عَمَلُهُ
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang panjang umurnya dan baik amalnya. Dan seburuk-buruk kalian adalah orang yang panjang umurnya tetapi buruk amalnya.”
Jadi, yang paling baik adalah orang yang panjang umurnya dan baik amalnya, sedangkan yang paling buruk di antara kalian adalah orang yang panjang umurnya tetapi buruk amalnya.
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ibnu Ḥibban dengan dua jalur periwayatan. Juga terdapat riwayat dalam Musnad Imam Aḥmad dari sahabat yang mulia Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, serta riwayat lain dalam Muṣannaf Ibnu Abī Shaybah dan beberapa kitab hadits lainnya. Lafaz dalam riwayat Abu Hurairah ini berbunyi:
Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam bersabda:
خِيَارُكُمْ أَطْوَلُكُمْ أَعْمَارًا وَأَحْسَنُكُمْ أَعْمَالًا
“Sebaik-baik kalian adalah yang paling panjang umurnya dan paling baik amalnya.”
Maknanya sama dengan hadits sebelumnya. Riwayat ini terdapat dalam sanadnya Imam Muḥammad Ibnu Isḥāq. Beliau dikenal sebagai seorang mudallis (perawi yang kadang menyamarkan riwayat). Namun, dalam jalur lain yang dibawakan dalam Ṣaḥīḥ Ibnu Ḥibbān, terdapat taṣrīḥ (penegasan) bahwa sanadnya bersambung. Oleh karena itu, hadits ini dinyatakan sebagai ḥasan oleh Syaikh ‘Alī Ḥasan al-Ḥalabī raḥimahullāhu Ta’ālā.
Sehingga, hadits ini dapat dijadikan sebagai dalil dengan lafaz tadi:
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling panjang umurnya dan paling baik amalnya.”
Maka, disebutkan dalam hadits ini bahwa seseorang yang panjang umurnya dan baik amalnya berarti ia terus menambah kebaikan dalam umurnya. Hal ini menjadikan perjalanannya semakin indah serta menjadikannya semakin baik saat perjumpaan dengan Kekasihnya (Allah Subhanahu wa Ta’ala) di akhir perjalanannya.
Sebaliknya, seburuk-buruk manusia adalah mereka yang panjang umurnya tetapi buruk amalnya. Ini akan menjadi sebab yang semakin menambah penderitaan, siksaan, dan azab baginya ketika sampai di akhir perjalanannya. Na’ūdzu billāhi min dzālik.
Inilah sikap seorang hamba dalam menyikapi perjalanan hidupnya di dunia.
Bagaimana pembahasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian dan simak penjelasan yang penuh manfaat ini..
Download MP3 Kajian
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/54943-orang-yang-panjang-umurnya-dan-baik-amalnya/